Inovasi BRIN untuk Edukasi Kesehatan Ginjal

besoklusa.one – Chatbot Lisa versi 2.0 adalah aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dirancang untuk menunjukkan edukasi kepada masyarakat perihal kebugaran ginjal, khususnya terapi hemodialisa.
Aplikasi ini dikembangkan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Sains knowledge dan informasi (PRSDI), Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI).
Chatbot Lisa dikembangkan gunakan teknologi Large Language Models (LLM) dan Retrieval Augmented Generation (RAG), yang memungkinkannya menjawab pertanyaan secara alami dan akurat berdasarkan sumber information medis terverifikasi.
Kepala PRSDI, Esa Prakasa, mengatakan bahwa pengembangan Chatbot Lisa merupakan bentuk nyata riset BRIN di dalam memberi dukungan transformasi layanan publik di bidang kesehatan.
“Kegiatan ini bukan sekadar berbagi ilmu tetapi termasuk bentuk akuntabilitas ilmiah bahwa hasil riset BRIN dapat diterjemahkan merasa solusi nyata bagi masyarakat,” ucap Esa di dalam Talkshow Chatbot Lisa Versi 2.0 dalam urutan Indonesia Research plus Innovation Expo (InaRI Expo) 2025 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, pada Kamis (30/10/2025).
Esa penambahan teknologi LLM dan RAG menunjukkan peluang besar didalam service kesegaran modern sebab sangat mungkin proses sadari konteks pembicaraan medis dan menghasilkan jawaban yang relevan serta terpercaya.
“Chatbot Lisa dikembangkan untuk memahami bahasa alami dan perlihatkan info medis berbasis knowledge yang sudah diverifikasi. Sumber datanya berasal dari situs-situs bertanya jawab medis layaknya Alodokter, Halodoc, dan platform serupa,” jelasnya.
Melalui Validasi Medis yang Ketat
Menurut Esa, keunggulan Lisa terdapat pada validasi medis yang ketat. Kolaborasi pada tim periset PRSDI dan dokter dari Pusat Riset kesegaran Preklinis dan Klinis (PR KPK) BRIN mengambil keputusan tiap tiap info yang dihasilkan tetap akurat, etis, dan sesuai komitmen keselamatan pasien.
“Chatbot Lisa tidak mengambil alih peran dokter, melainkan melengkapi pelayanan kesegaran bersama menyediakan edukasi medis berbasis pengetahuan ilmiah yang mudah diakses masyarakat,” tambahnya.
Sementara itu, Elvira Nurfadhilah, Perekayasa ahli Muda PRSDI BRIN, mengatakan bahwa Chatbot Lisa mulanya dikembangkan pada 2021 dengan proses berbasis ketetapan (rule-based) versi 1.0 menggunakan aplikasi Smojo.ai buatan Terra AI. Versi ini sudah diterapkan di RSUD Cimacan, Cianjur. lalu Lisa dikembangkan ke versi 2.0 dengan kekuatan LLM dan RAG yang amat mungkin pengguna mengajukan pertanyaan bebas (open question).
“Dengan RAG, tiap tiap jawaban di ambil dari referensi terverifikasi, agar mengurangi halusinasi dan menyediakan kutipan yang akan dilacak berasal dari sumber terpercaya,” terang Elvira.
Belum Dirilis ke Publik
Saat ini, lanjut Elvira, Chatbot Lisa tetap dibatasi penggunaannya di lingkungan internal BRIN untuk memastikan keamanan dan tingkat akurasi sebelum akan dirilis ke publik.
“Kami pengen menentukan proses ini memang safe dan tunjukkan jawaban yang akurat sebelum digunakan penduduk luas,” ujarnya.
Selain itu, tim peneliti juga menyiapkan trick pengembangan ke depan, antara lain memperluas topik edukasi ke seluruh faktor Penyakit Ginjal parah (PGK), lakukan studi bersama-sama klinisi untuk validasi lebih lanjut, dan juga mengembangkan RAG hibrida untuk meningkatkan keandalan sistem.
“Kami Bersandar Lisa akan merasa gaya pengembangan asisten medis digital Indonesia yang berdiri sendiri beretika, dan relevan secara budaya dan bahasa,” tutup Elvira.
Hadirnya Chatbot Lisa perlihatkan peran penting riset lintas disiplin didalam menghadirkan inovasi berbasis sains dan teknologi yang memberi guna nyata bagi penduduk terutama didalam menambah literasi kesehatan dan beri dukungan pasien dengan penyakit ginjal kronis di Indonesia.
