Indonesia Miliki Bahan Baku Obat Alami Berlimpah

Indonesia
Indonesia Miliki Bahan Baku Obat Alami Berlimpah

besoklusa.one – Indonesia punyai keanekaragaman tanaman yang potensial dijadikan bahan baku obat alami maupun obat sintetis.

Tercatat lebih 20.000 spesies tumbuhan yang sudah teridentifikasi dan 200 spesies yang sudah dimanfaatkan bersama dengan baik. Sayangnya, minimnya pakar botani dan farmakognosi (cabang pengetahuan farmasi yang mempelajari perihal bahan alami) membuat identifikasi dan pengembangan bahan obat alami belum optimal.

Hal ini disampaikan dosen Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Yosi Bayu Murti, M.Si.

Menurut Bayu, banyak ragam tumbuhan di Indonesia yang belum diidentifikasi dan eksplorasi lebih lanjut padahal punyai potensi sebagai bahan baku obat.

Di segi lain, Indonesia dihadapkan pada tantangan menurunnya industri manufaktur berasal dari bahan baku tumbuhan, ekstrak, produk sediaan.

“Bagaimanapun bahan bakunya berasal dari tumbuhan tetapi kita punyai tantangan pada industrinya,” kata Bayu dalam kuliah umum yang disiarkan di YouTube Kanal Pengetahuan Farmasi UGM, Selasa (20/05/2025).

Untuk bahan baku jamu, sambungnya, perusahaan jamu juga dihadapkan pada kasus sistem mengolah yang tergantung bersama dengan musim.

“Kondisi sementara ini bahan baku susah sebab mereka tidak masuk pada fase metabolisme yang tinggi sebab masih fase hujan. Kemudian yang terakhir, mutu bahan baku masih rendah,” tuturnya.

Dia menambahkan, tanaman obat yang sanggup digunakan sebagai bahan baku jamu, perlu juga didorong untuk bertransformasi mengolah obat modern. Kendati untuk ke arah itu, perlu sistem yang panjang. Pasalnya dibutuhkan penyediaan bahan baku berkualitas, dan sertifikasi bahan baku Obat Bahan Alam (OBA) terstandar.

Bagaimana Cara Dukung Pemanfaat Obat Bahan Alam?

Untuk mendorong penggunaan OBA ini, lanjut Bayu, dibutuhkan pergantian regulasi kebijakan yang memudahkan pengembangan OBA di kalangan dokter dan apoteker dan sanggup bekerja serupa antar pihak terkait.

Selanjutnya, menjalin kesepahaman antara penelitian OBA dan industri, pemahaman penerapan standarisasi berasal dari hulu ke hilir, dan terakhir sebaiknya ada kesepahaman antara peneliti bersama dengan regulasi OBA,” tuturnya.

Bayu melihat adanya pertumbuhan pasar OBA, sampai pertengahan 2024, nilai mengolah raih Rp3 triliun, hal ini memperlihatkan pertumbuhan yang pesat dalam industri.

Pangsa pasar OBA th. 2023 raih 7-10 prosen keseluruhan pasar obat nasional. Bahkan, nilai ekspor pada bulan Januari sampai September 2024, raih 639,42 juta dolar AS.

“Data ini mencerminkan ekspansi tinggi dalam industri ini,” ujar Bayu.

Tantangan Transformasi OBA Jadi Obat Modern

Dalam peluang yang sama, peneliti Etnofarmakologi dan Farmakognosi berasal dari University College London, Michael Heinrich, menyatakan sebagian tantangan dalam lakukan transformasi OBA menjadi obat modern. Yakni sistem jalan penemuan obat cukup lama dan panjang.

Bahkan sementara dan usaha riset berasal dari awal sampai produk akhir dinilai terlampau lama bahkan memakan cost yang tidak sedikit.

“Ekstrak sebagai bahan aktif mengakibatkan tantangan unik dan produktivitas menjadi kasus dibanding bahan senyawa sintetis. Protokol Nagoya dan peraturan terkait terlampau ketat. Di segi lain, terlampau rumit dalam hal telaten pengetahuan yang terlibat. ” katanya.

Selain itu, pengembangan OBA juga dihadapkan pada kurangnya ahli-ahli botani dan farmakognosi. Ditambah adanya peraturan yang menjadikan ekstrak obat bahan alami susah disetujui sebagai obat. “Dapat disiasati melalui produk suplemen makanan dan obat-obatan alami (jamu),” pungkasnya.

By besok88

Dunia Kesehatan