Gejala COVID-19 Varian Baru

Gejala
Gejala COVID-19 Varian Baru

besoklusa.one – Gejala COVID-19 berasal dari varian paling baru yang mengakibatkan peningkatan masalah di lebih dari satu negara Asia condong ringan.

Menurut dokter spesialis paru dan pernapasan RS EMC Cikarang & Cibitung, Maria Dewi Caetline, gejalanya serupa flu biasa. Namun selalu harus diwaspadai, kebanyakan gejala-gejala selanjutnya meliputi:

-Demam mudah sampai tinggi
-Batuk kering
-Hidung tersumbat atau pilek
-Sakit tenggorokan
-Kelelahan
-Sakit kepala
-Nyeri otot atau sendi
-Hilangnya indera penciuman atau perasa (lebih jarang pada varian baru).

“Orang bersama penyakit penyerta (komorbid) seperti diabetes, hipertensi, atau problem pernapasan selalu berisiko mengalami gejala yang lebih berat,” kata Maria mengutip laman EMC, Rabu (11/6/2025).

Maria menambahkan, sesudah lebih berasal dari dua th. berada didalam kondisi darurat kebugaran global, dunia menjadi bernapas lega dikala masalah menurun, vaksinasi meningkat, dan aktivitas perlahan ulang normal. Namun, pada pertengahan 2024 dan awal 2025, laporan perihal lonjakan masalah COVID-19 ulang terlihat di beragam negara, terhitung Indonesia.

“Munculnya varian baru yang lebih mudah menular, dan juga menurunnya imunitas penduduk yang udah divaksinasi sejak lama, menjadi penyebab utama,” kata Maria.

“Kondisi ini menimbulkan kegalauan baru di sedang masyarakat. Namun, mutlak untuk diingat, biarpun COVID-19 datang lag, kita kini jauh lebih siap. Kita udah memiliki lebih banyak pengetahuan, teknologi, dan pengalaman dibandingkan awal pandemi dulu,” tambahnya.

Kembali Munculnya COVID-19 Bukan Hal Mengejutkan

Munculnya ulang masalah COVID-19 bukanlah hal yang mengejutkan, sambung Maria. Dia pun menerangkan lebih dari satu faktor yang mengakibatkan peningkatan ulang kasusnya:

Mutasi Virus

Virus corona, seperti virus lainnya, memiliki kemampuan bermutasi. Varian baru seperti Omicron XBB atau BA.2.86 yang terlihat akhir-akhir ini memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi.

Walaupun gejalanya condong lebih ringan. Namun, penyebaran yang cepat selalu mampu menimbulkan lonjakan masalah dan tekanan pada proses kesehatan.

Menurunnya Kekebalan

Kekebalan tubuh berasal dari vaksin atau infeksi alami mampu menurun sesudah lebih dari satu bulan. Tanpa booster vaksin, perlindungan pada infeksi mampu melemah, mengakibatkan seseorang lebih rentan tertular kembali.

Relaksasi Protokol Kesehatan

Dengan menurunnya masalah didalam dua th. terakhir, banyak orang menjadi lengah dan meninggalkan tradisi kenakan masker, membersihkan tangan, atau merawat jarak. Hal ini membuka kesempatan penularan kembali.

Tak Perlu Panik

Meski COVID-19 tetap menjadi ancaman, kita udah didalam posisi yang jauh lebih baik, ujar Maria, alasannya antara lain:

Tingkat Kematian Lebih Rendah

Berkat vaksin dan pengobatan yang lebih baik, angka kematian akibat COVID-19 pas ini jauh lebih rendah dibandingkan pas awal pandemi.

Akses Vaksin Booster

Vaksinasi tidak cuma ada secara luas, tapi terhitung terus diperbarui untuk mengatasi varian baru. Vaksin booster mendukung memperkuat imunitas.

Fasilitas Kesehatan Lebih Siap

Rumah sakit, tenaga kesehatan, dan laboratorium kini lebih berpengalaman didalam mengatasi masalah COVID-19. Deteksi dan penanganan lebih cepat dan efektif.

Kesadaran Masyarakat Meningkat

Sebagian besar penduduk udah tahu bagaimana cara merawat diri, seperti pemakaian masker dan etika batuk.

“Walau kita tak harus panik, kewaspadaan selalu harus dijaga. Lakukan vaksinasi booster, manfaatkan masker di tempat ramai, cuci tangan rutin, jaga jarak, menambah imunitas tubuh, terapkan etika batuk dan bersin, pantau kebugaran secara mandiri, ventilasi yang baik,” pungkasnya.

By besok88

Leave a Reply

Dunia Kesehatan