Gejala Pneumonia Bisa Berbeda Berdasarkan Penyebabnya

besoklusa.one – Pneumonia merupakan infeksi paru yang disebabkan oleh mikroorganisme layaknya bakteri, virus, atau jamur. Akhir-akhir ini, kasusnya semakin meningkat, tidak cuma di Indonesia, melainkan juga di seluruh dunia.
Spesialis Paru dan Pernapasan dari RS EMC Sentul dr Herman, Sp.P mengatakan, pneumonia adalah salah satu penyakit berbahaya.
“Bahkan pneumonia ini adalah penyebab kematian akibat penyakit infeksi no satu di dunia,” ucap Herman dalam talkshow Healthy Monday “Kasus Pneumonia Meningkat: Apa yang Harus Kita Waspadai?”, Senin (24/3).
Herman juga menyebut bahwa COVID-19 juga penyakit pneumonia di mana persoalan fatalitasnya benar-benar tinggi. “Jadi kami tidak boleh anggap remeh terhadap pneumonia ini.”
Gejala pneumonia, kata Herman, bisa berbeda-beda, tergantung terhadap penyebabnya. Pada pneumonia yang disebabkan oleh virus, demam cenderung cepat tinggi di awal. Sementara terhadap pneumonia akibat bakteri, demam dapat meningkat secara bertahap atau gradual.
Gejala lain yang bisa diwaspadai tentang bersama penyebab pneumonia yaitu terhadap situasi dahak.
“Karakteristik sputum atau dahaknya. Kalau terhadap virus kebanyakan dahaknya berbentuk mucoid lebih putih, bening, dan lengket. Sedangkan terhadap bakteri sifatnya purulen. Purulen itu artinya warnanya kebanyakan lebih keruh, bisa kuning, hijau, dan kebanyakan sebetulnya lebih kental,” sadar Herman.
Diakui Herman, perjalanan tanda-tanda pneumonia akibat virus lebih cepat dari yang disebabkan oleh bakteri.
“Biasanya memburuknya juga bisa lebih cepat, layaknya kami ketahui terhadap COVID itu dalam hitungan hari bisa memberat lebih-lebih bisa meninggal dunia.”
Pengobatan Pneumonia
Metode pengobatan pneumonia secara umum dibagi jadi dua, farmakologis dan non-farmakologis. Pada pengobatan farmakologis, dokter dapat melacak sadar penyebab pneumonia untuk memilih obat yang pas apakah antivirus, antibiotik, atau antijamur.
“Kemudian dokter juga bisa mengimbuhkan obat-obatan suportif. Biasanya pasien kan ada demam, bisa diberikan obat antipiretik, ada batuk yang bisa diberikan obat mukolitik, dan pengobatan suportif lainnya,” sadar Spesialis Paru & Pernapasan RS EMC Cibitung dr Maria Dewi Caetline, Sp.P dalam talkshow yang sama.
Pengobatan Pneumonia Non-Farmakologis
Sementara untuk pengobatan non-farmakologis, kebanyakan pasien-pasien pneumonia bersama persoalan berat dapat mengalami sesak, sehingga sebagian pasien dapat memerlukan terapi oksigen dan bentuk terapi supertif lainnya layaknya istirahat, keperluan nutrisinya dijaga.
“Dan sebagian pasien yang pneumonianya berat dapat memerlukan rehabilitasi paru.”
Pasien pneumonia yang tidak bisa mengeluarkan dahak dikala batuk dapat diberikan terapi inhalasi atau uap.
“Terapai inhalasi atau uap ini tidak cuma terhadap pasien anak saja, untuk pasien dewasa juga itu menunjang mereka lebih bisa bernapas lega. Walaupun sebetulnya sasarannya sebetulnya sebetulnya untuk menanggulangi penyempitan terhadap bronkus atau saluran napas.”
Terapi uap juga dapat menunjang memecah dahak dan menunjang pasien lebih ringan mengeluarkannya.
Kapan Pasien Pneumonia Harus Rawat Inap?
Maria menjelaskan, tidak seluruh pasien pneumonia wajib dirawat di tempat tinggal sakit. Ada skoring Pneumonia Severity Index yang digunakan oleh dokter untuk memilih apakah pasien wajib meniti rawat inap atau tidak.
Maria mengatakan, skoring dijalankan bersama memandang sejumlah hal layaknya factor risiko, usia, penyakit gawat lain yang menyertai, dan juga situasi pasien.
“Berdasarkan skoring tersebut, kami bisa sadar apakah pasien bisa rawat jalan atau rawat inap. Selain itu juga bisa menunjang kami memilih apakah wajib di area rawat inap biasa atau di area intensive care,” jelasnya.
Meski demikian, Maria Kembali berpesan jikalau ada individu yang mengalami batuk yang tidak kunjung sembuh lebih-lebih semakin memberat dan jadi ada sesak, ada masalah bernapas, demam yang tidak juga turun bersama mengkonsumsi obat, desaturasi (kadar oksigen yang berkurang), atau ada penurunan kesadaran merupakan isyarat sehingga pasien langsung dibawa ke tempat tinggal sakit.