Gejala Pneumonia pada Anak Berbeda dengan Dewasa dan Lansia

besoklusa.one – Pneumonia lagi banyak dibahas sehabis bintang Meteor Garden Barbie Hsu meninggal dunia usai mengidapnya.
Menurut Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan Eka Hospital BSD, Astri Indah Prameswari, makna penyakit pneumonia di masyarakat luas lebih kerap dikenal sebagai penyakit paru-paru basah.
Sebetulnya, penyakit pneumonia telah menjadi sorotan banyak orang semenjak terjadinya wabah SARS (Severe Acute Respiratory Infection) di tahun 2002. Ditambah, kehadiran wabah COVID-19 telah menjadikan pneumonia sebagai sorotan masyarakat lagi dikarenakan penyakit ini menjadi salah satu gejala atau komplikasi yang dirasakan banyak orang kala terinfeksi COVID-19.
Meski kerap menyerang anak-anak, pneumonia terhitung bisa menyerang orang dewasa dengan gejala dan juga dampak yang beragam. Pneumonia punya gejala-gejala sebagai berikut:
-Batuk-batuk, bisa kering ataupun berdahak yang sering kadang bisa hingga mengeluarkan darah.
-Dada sakit dan ada problem bernapas atau sesak napas.
-Demam.
-Menggigil tetapi badan berkeringat.
-Badan jadi lemas.
Di samping itu, ada sebagian gejala di atas yang mungkin hanya dirasakan pada anak-anak, terutama balita berumur 0-2 tahun. Mereka bisa saja tidak perlihatkan terdapatnya gejala infeksi, tetapi bisa menunjukan gejala seperti:
-Kehilangan nafsu makan.
-Muntah-muntah.
-Badan lemas dan tidak berenergi.
-Demam dan batuk-batuk.
Sementara untuk lansia di atas umur 65 tahun, pneumonia bisa pengaruhi kebugaran mental dan suhu tubuh bisa di bawah dari rata-rata.
Gejala pneumonia umumnya bakal dirasakan sepanjang 1 hingga 2 hari dan bakal tetap memberat kecuali suasana tidak makin lama membaik. Tetapi gejala yang dirasakan tiap-tiap orang bisa berbeda-beda, bergantung dari sistem kekebalan tubuh yang dimiliki masing-masing orang.
Pneumonia adalah Penyebab Kematian Tertinggi pada Anak di Dunia
Menurut World Health Organization (WHO), pneumonia merupakan penyebab kematian tertinggi pada anak-anak di dunia. Tercatat ada 740.180 anak-anak yang meninggal akibat pneumonia di tahun 2019. Baik umur anak-anak atau orang dewasa, penyakit ini wajib ditangani dengan langsung dikarenakan bisa membawa dampak ada problem bernapas.
“Pneumonia atau paru-paru basah adalah penyakit yang bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur yang membawa dampak peradangan pada kantong-kantong hawa (alveoli) di salah satu atau ke dua paru. Infeksi selanjutnya membawa dampak alveoli dipenuhi oleh sebuah cairan atau nanah sehingga membawa dampak pasien susah bernapas,” mengerti Astri didalam keterangan pers dikutip Selasa (11/2/2025).
Apa Itu Walking Pneumonia?
Dalam sebagian kasus, seseorang bisa saja mengidap penyakit pneumonia yang ringan, dokter menyebutnya “walking pneumonia” atau pneumonia berjalan.
Pada suasana ini, dokter umumnya bisa menanganinya tanpa wajib rawat inap, sehingga tetap bisa lagi beraktivitas dengan normal.
Apa Faktor Risiko Pneumonia?
Astri menambahkan, ada sebagian aspek risiko yang bisa tingkatkan risiko seseorang untuk terkena pneumonia, yaitu:
-Perokok aktif.
-Sering mengkonsumsi alkohol.
-Usia terutama balita berusia 0 – 2 tahun dan lansia di atas 65 tahun bakal lebih rentan untuk terkena penyakit ini.
-Memiliki komorbid seperti penyakit stroke, asma, diabetes, gagal jantung, dan penyakit kronik lainnya.
Sedang didalam perawatan yang bisa melemahkan sistem imun tubuh seperti kemoterapi.
Bagaimana Cara Mendiagnosis Pneumonia?
Pneumonia bisa didiagnosis sehabis menemui dokter dan telah melaksanakan serangkaian pemeriksaan. Pada bagian awal, dokter bakal bertanya serangkaian pertanyaan terkait gejala yang pasien miliki. Termasuk model hidup, kontak dengan orang sakit, hingga riwayat penyakit pasien dan juga keluarganya.
Setelah melaksanakan pengecekan awal, dokter bakal merekomendasikan serangkaian wujud pengecekan berdasarkan dari seberapa parah gejala yang dimiliki.
Pemeriksaan selanjutnya dilaksanakan untuk meyakinkan apakah benar pasien punya pneumonia dan juga memandang seberapa parah penyakit pneumonia yang dialami. Beberapa tes yang bisa dilaksanakan yaitu:
-Tes darah untuk mendeteksi terdapatnya infeksi bakteri, virus ataupun jamur.
-Rontgen dada untuk mendapatkan infeksi di paru dan seberapa jauh penyebarannya.
-Oksimetri untuk mengukur saturasi atau takaran oksigen yang ada di didalam darah.
-Tes dahak untuk memeriksa cairan atau lendir di paru sehingga mengerti penyebab infeksi.