Masalah yang Sering Tak Disadari Penyebab Jerawat dan Iritasi

besoklusa.one – Dokter spesialis mikrobiologi klinik, dr. Ayman Alatas, Sp.MK menjelaskan bahwa penyebab kulit gampang iritasi, ber-jerawat, sampai kehilangan fungsinya didalam buat perlindungan tubuh bisa jadi berasal berasal dari problem antara keseimbangan mikroorganisme alami yang hidup di permukaan kulit manusia, atau disebut skin microbiome.
Skin microbiome, kata Ayman, milik peran penting untuk kulit kami “Mampu melawan patogen atau kuman jahat, memperkuat sistem imun kulit, menjaga skin barrier, serta menurunkan proses inflamasi yang menimbulkan peradangan,” kata Ayman.
Skin microbiome terdiri berasal dari bakteri, jamur, dan mikroba lain yang hidup secara alami di kulit. “Jumlahnya bahkan lebih banyak berasal dari sel tubuh manusia,” tambahnya.
Namun, keseimbangan mikroba ini dapat terganggu akibat pemakaian skincare yang tidak sesuai paparan polusi, stres, sampai pola makan yang tidak sehat. Ayman menjelaskan bahwa kondisi ini disebut dysbiosis, kala mikroba baik dan jahat di kulit tidak ulang seimbang.
“Kalau microbiome-nya terganggu, kulit dapat lantas lebih enteng berjerawat dan mengalami penurunan fungsinya didalam membuat perlindungan tubuh,” kata Ayman.
Cara Ketahui style Mikroba yang datang di Kulit Kita
Guna mengerti situasi selanjutnya kini telah datang teknologi pengecekan Microbial Balance Analysis yang dikembangkan oleh Dermalab berbarengan startup bioteknologi, Nusantics. Teknologi ini sangat mungkin pemikiran mendalam terhadap keseimbangan mikroorganisme di kulit seseorang.
Prosesnya sederhana Sampel diambil berasal dari area wajah seperti pipi dan dahi memanfaatkan metode swab, lalu dianalisis di laboratorium bersama teknologi DNA sequencing.
“Hasilnya tunjukkan style mikroba yang hidup di kulit, tingkat keseimbangannya, dan hubungannya bersama dengan jenis kulit atau potensi masalah seperti jerawat dan kulit sensitif,” kata Ayman.
Teknologi yang Dikembangkan khusus bagi masyarakat Indonesia
Keunggulan teknologi ini, lanjut Ayman, hadir antara penggunaan database microbiome yang dikembangkan khusus untuk masyarakat Indonesia.
“Komposisi microbiome kulit orang Indonesia tidak serupa dengan orang luar negeri. bersama dengan database ini, hasil pemikiran jadi lebih akurat dikarenakan dibandingkan dengan standar kulit khas Indonesia,” ujarnya.
Pendekatan berbasis microbiome kini terasa strategi baru didalam dermatologi moderen Perawatan kulit tidak kembali sekadar fokus pada lapisan luar, namun terhitung antara ekosistem mikroba yang mempertahankan keseimbangan kulit.
Beberapa brand skincare pun menjadi mengembangkan product bersama formula prebiotik, probiotik, dan postbiotik untuk mempertahankan keseimbangan alami microbiome.
“Penelitian berkenaan microbiome kulit masih terus berkembang. didalam 10 tahun ke depan, pemikiran microbiome bisa menjadi alat baru diagnosis atau bahkan terapi beraneka penyakit kulit, mencakup eksim hingga kanker kulit,” pungkas Ayman.
