Nyeri Usai Cedera Tak Kunjung Hilang

besoklusa.one – Cukup beristirahat dan telah melakukan fisioterapi, namun rasa sakit akibat cedera tetap tidak hilang. Hal ini mungkin disebabkan oleh masalah pada sistem saraf.
“Banyak pasien datang dengan keluhan yang serupa, meskipun telah menjalani fisioterapi, peregangan, atau cukup beristirahat. Namun rasa sakit itu kembali muncul. Ini menunjukkan bahwa ada ketidakseimbangan dalam sinyal yang diberikan oleh sistem saraf. Ototnya mungkin baik-baik saja, tetapi saraf yang belum pulih,” jelas dokter spesialis neurologi Irca Ahyar di DRI Clinic Bintaro, Tangerang Selatan.
Irca menjelaskan bahwa memahami hubungan antara saraf dan otot adalah langkah awal untuk mencapai pemulihan yang sebenarnya.
“Saraf berfungsi sebagai kabel utama tubuh kita. Jika kabel tersebut terganggu, pesan dari otak tidak bisa sampai ke otot,” ungkapnya.
Situasi ini dapat membuat otot terasa tegang, lemah, atau nyeri, meskipun secara fisik tidak ada yang salah.
Salah satu tanda adanya masalah pada sistem saraf adalah ketika nyeri berulang di lokasi yang sama atau timbulnya sensasi kebas yang semakin sering.
“Oleh karena itu, sebaiknya jangan menunggu sampai cedera menjadi parah sebelum melakukan pemeriksaan,” ujar sosok yang juga merupakan Direktur DRI Clinic ini.
Pemulihan Harus Dimulai dari Akar Masalah
Irca mengungkapkan bahwa sebagian besar terapi konvensional masih lebih fokus pada pengobatan gejala yang tampak. Jika penanganan hanya berfokus pada otot tanpa memeriksa jalur saraf, hasilnya akan seperti menambal ban tanpa mencari paku penyebabnya, sehingga cepat bocor lagi.
“Setiap individu itu unik. Oleh karena itu, kami tidak memberikan terapi yang sama untuk semua orang. Kami mengevaluasi bagaimana cara otak, saraf, dan otot berkomunikasi. Jika salah satu tidak seimbang, hasil pemulihan tidak akan optimal,” jelas Irca.
Ia pun menekankan pentingnya edukasi bagi pasien dalam proses penyembuhan.
“Kami ingin pasien memahami kondisi tubuh mereka. Jika pasien mengetahui sumber nyerinya, mereka dapat pulih lebih cepat dan lebih menyadari cara untuk mencegah cedera berulang,” tuturnya.
Sistem Saraf Berfungsi Optimal, Tubuh Merespons Gerakan yang Akurat
Sistem saraf yang berfungsi dengan baik membuat tubuh dapat merespons gerakan dengan tepat. Ini adalah kunci pemulihan yang kerap terabaikan.
“Setelah jalur saraf diperbaiki, komunikasi antara otak dan otot menjadi lebih efisien. Gerakan tubuh kembali seimbang, dan proses penyembuhan berjalan secara alami,” jelasnya.
Untuk mengukur kemajuan pasien, Irca selalu menggunakan data. Dengan bantuan alat diagnostik modern, ia mengukur kecepatan konduksi saraf, kekuatan otot, dan keseimbangan tubuh sebelum dan sesudah perawatan.
“Kami ingin semua proses dapat diukur. Pasien bisa melihat perbedaannya sendiri, bukan hanya merasa ‘lebih baik’,” ujar Irca.
Penting juga bagi pasien untuk memahami perbedaan antara nyeri otot dan saraf.
“Nyeri otot biasanya dirasakan sebagai pegal atau tegang setelah beraktivitas. Namun jika nyerinya terasa tajam, menjalar, atau muncul tanpa alasan yang jelas, kemungkinan besar sumbernya berasal dari saraf,” tambahnya.
Terapi Saraf Butuh Waktu
Irca menjelaskan bahwa regenerasi saraf berlangsung lebih lambat dibandingkan otot. Oleh karena itu, sangat penting bagi pasien untuk tidak terburu-buru kembali beraktivitas saat merasa cedera sudah berkurang.
“Jika dipaksakan terlalu cepat, cedera bisa kambuh lagi. Proses pemulihan bukanlah perlombaan cepat, melainkan sebuah maraton. Yang terpenting bukanlah seberapa cepat sembuh, tetapi seberapa baik proses pemulihannya,” tuturnya.
Oleh sebab itu, diperlukan proses latihan yang konsisten dan bertahap.