Pernikahan Dini Jadi Faktor Pendorong Komplikasi dan Kematian

besoklusa.one – Pernikahan di bawah usia 18 th. di Indonesia tetap berada di angka 10,03 persen Fenomena pernikahan dini ini berkenaan dengan tingginya kehamilan remaja, anemia pada remaja putri, serta rendahnya literasi kesegaran reproduksi.
Kondisi berikut memperkuat siklus risiko jadi berasal dari ibu hamil yang rentan mengalami sakit, bayi lahir tidak sehat, hingga kemiskinan yang berulang antar generasi.
Staf privat KemenPPPA, Dra. Siti Nia Nurhasanah Sjarifudin, menjelaskan bahwa Indonesia udah memiliki kemajuan didalam mengantisipasi pernikahan dini melewati regulasi yang terbit di jaman Presiden ke-7, Joko Widodo.
“Itu sebuah kemajuan yang pasti mesti ditindaklanjuti bersama membangun kesadaran melalui sosialisasi dan bagaimana transformasi pengetahuan,” ujarnya didalam press conference ‘Kolaborasi SPRIN – POGI dan Mitra Lintas Sektor melalui Penandatanganan MoU demi ERA Depan kesegaran Perempuan’ di Jakarta antara Rabu, 26 November 2025.
Sjarifudin menambahkan bahwa tambah banyak kepala desa dan tokoh agama berperan aktif mencegah pernikahan dini. “Sudah banyak sekali kepala desa juga menampik tunjukkan petunjuk untuk pernikahan-pernikahan di bawah umur,” katanya.
Meski begitu, dia mengakui praktek pernikahan dini masih kerap berjalan di beraneka daerah.
Remaja Belum Siap hadapi Kehamilan
Ketua umum Perhimpunan Obstetrik dan Ginekologi Indonesia (POGI), Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, Sp.OG(K), MPH, FRANZCOG (Hons), menilai bahwa remaja belum siap menekuni peran sebagai ibu. Dia lebih-lebih menjelaskan bahwa banyak berasal dari mereka yang belum menyadari langkah melindungi diri dan anak.
“Bagaimana memelihara anak, mempertahankan kebugaran dirinya, dia tidak mengerti masih pingin bermain. Bagaimana dia membesarkan anak,” katanya.
Budi juga tekankan bahwa situasi remaja membuat kehamilan makin lama berat berasal dari beragam sisi “Tentu secara fisik dia tidak siap. Secara psikologis lebih-lebih bahkan sosial, culture, behavior di sekitarnya. dari secara sosial, psikologis. Berat. Secara biologis,” tambahnya.
Menurut Budi, antara umur di bawah 16, ketidaksiapan biologis kelihatan terlalu memahami “Organ-organ reproduksi perempuan, bahkan di bawah 16 th. tetap belum terlampau siap untuk menerima kehamilan. Janin yang berat yang dapat hingga 3 kg, penanaman plasenta antara saat-saat awal mungkin tidak terlalu baik, agar risiko untuk darah tinggi terlalu tinggi, yang penumbuhan bayinya tidak baik,” tambahnya.
Kontribusi Kehamilan Dini terhadap Angka Kematian Ibu
Budi menuturkan bahwa kehamilan remaja merupakan tidak benar satu penyebab meningkatnya kesakitan antara ibu hamil.
“Kehamilan remaja itu tidak benar satu faktor yang tingkatkan kesakitan, komplikasi, ibunya darah tinggi, kejang, sesudah itu nanti dapat meninggal sesudah melahirkan,” katanya.
Dia menegaskan bahwa perkawinan di usia remaja adalah tidak benar satu penyebab risiko tinggi bagi ibu hamil.
“Kehamilan remaja itu masih kira-kira 10 % angkanya dan komplikasinya cukup tinggi, pada lain penyebab darah tinggi di dalam kehamilan, penyebab pertumbuhan bayi yang terhambat stunting, itu tidak benar satu kehamilan remaja, mencakup pendarahannya,” pungkasnya.
Kolaborasi untuk Memperkuat pertolongan kesehatan Perempuan
POGI bersama-sama KemenPPPA berkomitmen memperkuat sinergi untuk menambah kesegaran perempuan dan kebugaran reproduksi. beberapa pertemuan dilaksanakan sebagai tindak lanjut mandat Menteri PPPA berkenaan keselamatan perempuan Indonesia.
Kolaborasi ini juga tekankan pentingnya kerja sama juga lintas agama. Pemuka agama dapat dibekali edukasi, materi mimbar, dan pengetahuan terkurasi untuk menyampaikan pesan dukungan dan kebugaran kompatibel nilai teologis masing-masing agama.
Inisiatif bersama ini mencakup pembentukan pojok konseling SPRIN (Selamatkan PeRempuan Indonesia), penyusunan konten kolaboratif, serta distribusi informasi ilmiah sampai ke komunitas lokal di semua Indonesia.
Upaya ini dikehendaki membantu menekan praktek pernikahan dini dan mengecilkan risiko kesehatan yang nampak akibat kehamilan remaja.
