Snack Bar Berbahan Dasar Daun Kelor
besoklusa.one – Guna mendukung percepatan penurunan stunting, lima orang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta mengkreasikan sebuah inovasi snack bar berbahan dasar daun kelor.
Kelima mahasiswa ini adalah:
Andika Jatra Pratama (FK-KMK)
Aurel Novalino (Fakultas Teknik)
Zahra Faizah (Fakultas Teknik)
Ghina Salwa (Fakultas Peternakan)
Daniel Phangkay (Fakultas Teknologi Pertanian).
Mereka tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa-Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) yang meramu daun kelor dengan kacang-kacangan, seperti edamame dan kacang tanah untuk memicu snack bar.
Ide pembuatan snack bar berbahan dasar daun kelor yang sesudah itu disebut Elsibarkelor berawal berasal dari kegiatan pengabdian mahasiswa di Kelurahan Wonodri, Kecamatan Semarang Selatan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Di kelurahan ini, daun kelor menjadi tidak benar satu komoditas yang jumlahnya banyak, tetapi kurang mampu diolah penduduk setempat.
“Tim kita sesudah itu menghadirkan inovasi pembuatan snack bar berasal dari bahan dasar kelor sehingga penduduk mampu pakai secara maksimal potensi sumber energi yang dimiliki untuk selesaikan problem stunting,” kata Andika dalam info tercantum dikutip Sabtu (31/8/2024).
Andika menambahkan, daun kelor mampu mencegah stunting pada bayi karena kaya akan nutrisi perlu seperti vitamin A, vitamin C, kalsium, protein, dan zat besi.
“Daun kelor memberikan asupan gizi yang diperlukan untuk mendukung perkembangan optimal janin serta mencegah anemia pada ibu hamil,” katanya.
Bahan-Bahan Pembuatan Snack Bar Daun Kelor
Dalam memicu snack bar kering, para mahasiswa pakai bahan-bahan seperti:
Tepung terigu;
madu sebagai pemanis;
daun kelor;
kacang tanah; dan
edamame sebagai sumber tambahan gizi dan memberikan tekstur renyah pada makanan.
Kacang tanah dan edamame mengandung asam folat dan zat besi yang mendukung penguatan janin sehingga mampu mencegah stunting pada bayi yang lahir.
Latih Ibu-Ibu PKK Bikin Snack Bar Kelor
Pelatihan pembuatan snack bar daun kelor pun diberikan kepada ibu-ibu PKK. Para ibu di kelurahan Wonodri diberikan pelatihan cara memicu snack bar berbahan dasar daun kelor dengan harapan mereka mampu membagikan kapabilitas berikut pada ibu-ibu lainnya.
“Menggandeng ibu-ibu PKK sebagai mitra utama, dikehendaki program PKM-PM Elsibarkelor ini mampu menjadi tidak benar satu cara nyata penduduk dalam upaya menekan angka stunting di lokasi mereka,” kata Jatra, bagian tim PKM lainnya.
Selain produksi makanan cegah stunting berasal dari daun kelor, warga juga diberikan pelatihan penggunaan aplikasi Elsimil sehingga mereka mampu mengoperasikannya secara mandiri.
Pelatihan ini memiliki tujuan mengoptimalkan keberadaan aplikasi Elsimil yang diluncurkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Aplikasi ini punya tiga fitur utama, yakni skrining yang mencakup calon pengantin, calon pasangan umur subur, ibu hamil, ibu pasca persalinan, dan keluarga yang punya bayi umur 0-59 bulan. Lalu, bervariasi edukasi mengenai kesegaran reproduksi dan cara melindungi kehamilan, serta konsultasi dengan ahli berasal dari BKKBN.
“Dari awal ada pendampingan karena sebelum saat menikah itu ada kriteria yang perlu dipenuhi terutama dahulu. Bahkan, sekarang sudah bekerja mirip dengan Kementerian Agama sehingga siapa pun yang mau menikah itu perlu isikan skrining berasal dari aplikasi Elsimil. Jadi, mereka perlu mampu sertifikat pernah baru mampu mengajukan pernikahan ke KUA,” memahami Novalino.
Harap Tekan Angka Stunting
Dengan ada program ini, lanjut Novalino, dikehendaki mampu menekan angka stunting di kelurahan Wonodri dan mendorong kreativitas penduduk dalam pakai daun kelor. Serta mampu mendukung mensukseskan program zero stunting yang digalakkan oleh pemerintah dengan pakai aplikasi Elsimil secara optimal.
Percepatan penurunan stunting merupakan tidak benar satu program prioritas nasional. Sebenarnya, problem stunting ini tidak hanya berlangsung di Indonesia, tetapi juga di bermacam negara.
Menurut UNICEF, stunting disebabkan anak kekurangan gizi dalam dua tahun usianya, ibu kekurangan nutrisi sementara kehamilan, dan sanitasi yang buruk. Prevalensi stunting di Indonesia sementara ini adalah 21,6 persen, sementara tujuan yang mendambakan dicapai adalah 14 prosen pada 2024. Untuk itu, diperlukan upaya dengan untuk menggapai tujuan yang sudah ditetapkan, tidak benar satunya di awali berasal dari unit terkecil dalam masyarakat, yakni keluarga.